Perpustakaan berasal dari kata ‘Pustaka’ yang berarti kitab atau buku.
Menurut Sulistyo Basuki dalam buku nya yang berjudul “Pengantar Ilmu
Perpustakaan”, definisi perpustakaan adalah “sebuah ruangan, bagian sebuah
gedung, ataupun gedung itu sendiri yang di gunakan untuk menyimpan buku ataupun
terbitan lainnya yang biasanya di simpan dengan tata susunan tertentu untuk
digunakan pembaca,bukan untuk di jual” akan tetapi perpustakaan di jaman dahulu
tidak seperti yang kita tahu sekarang ini. Dulu, perpustakaan adalah tempat
penyimpanan arsip-arsip penting yang tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang.
|
Tablet |
Disini, saya akan menceritakan tentang perkembangan perpustaaan dan asal
mula perpustakaan. Tempat pertama dimana ditemukannya kumpulan arsip-arsip
adalah di sebuah temple di Sumaria sekitar tahun 2600 SM, disana ditemukan
arsip-arsip yang terutama berisi catatan transaksi komersial atau persediaan
dan dengan ditemukannya arsip-arsip ini, menandai pula akhir dari zaman
prasejarah dan awal sejarah. Hal-hal yang sama juga terjadi di Mesir Kuno,
banyak ditemukannya arsip-arsip pemerintahan dan yang tertua di temukan di
Ugarit. Ada juga bukti perpustakaan di Nippur sekitar 1900 SM dan orang-orang
di Niniwe sekitar 700 SM yang menunjukkan sistem klasifikasi perpustakaan.
Lebih dari 30.000 tablet tanah liat dari Perpustakaan Ashurbanipal telah
ditemukan di Niniwe yang menunjukkan tentang kehebatan sastra Mesopotamia,
agama, dan pekerjaan administrasi. Salah satu yang ditemukan adalah Enuma
Elish. Enuma Elish yang terdiri dari seribu baris dan dicatat dalam bahasa
Babilonia kuno pada tujuh tablet tanah liat ini ditemukan. Enuma Elish ini
merupakan mitologi penciptaan Babilonia. Di tulis di tujuh tablet tanah liat
dalam bahasa Babilonia kuno.
Seorang filosofi bernama Laozi adalah penjaga buku di
perpustakaan paling awal di Cina, yang dimiliki oleh Kekaisaran Dinasti Zhou.
Bukti katalog ditemukan di beberapa perpustakaan kuno yang sudah hancur dan
bukti tersebut menggambarkan keberadaan pustakawan pada tahun 604 SM.
Perpustakaan
Alexandria di Mesir adalah perpustakaan terbesar dan paling signifikan dari
dunia kuno. Perpustakaan ini ada saat dinasti Ptolemaic dan dibuat untuk pusat
urama beasiswa dari kostruksi pada abad ke 3SM sampai saat Romawi ditaklukan di
Mesir tahun 30 SM. Perpustakaan ini disusun dan dibuka diduga antara masa
pemerintahan Ptolemeus I Soter (323-283 SM) atau selama masa pemerintahan
anaknya, Ptolemy II (283-246 SM).
|
Perpustakaan Alexandria |
Ada juga
Perpustakaan Celsus di Efesus, Anatolia, yang sekarang menjadi bagian dari
Selçuk, Turki. Perpustakaan ini dibangun untuk menghormati Tiberius Julius
Senator Romawi Celsus Polemaeanus yang dibangun selesai pada 135 M oleh putra
Celsus ', Gaius Julius Aquila (konsul, 110 M). Perpustakaan ini dibangun untuk
menyimpan 12.000 gulungan dan sebagai makam monumental bagi Celsus.
|
Perpustakaan Celcus |
Perpustakaan
pribadi pertama muncul di Yunani pada sektar tahun 5 SM. Pada saat Augustus
abad 2 ada perpustakaan umum di dekat forum Roma dan ada juga perpustakaan di
Octaviae Porticus dekat Teater Marcellus, di kuil Apollo Palatinus, dan di
Ulpiana Bibliotheca di Forum Trajan. Arsip-arsip negara pun disimpan di lereng
antara Forum Romawi dan Bukit Capitoline.
Di
Barat, perpustakaan umum pertama didirikan di bawah Kekaisaran Romawi karena
setiap kaisar yang sukses, berusaha untuk menuliskan atau membuat bukti bahwa
ia lebih hebat dari para pendahulunya. Berbeda dengan perpustakaan di Yunani, pembaca memiliki akses langsung ke
gulungan, yang disimpan di rak-rak yang dibangun ke dinding sebuah ruangan
besar. Kita bisa membaca atau menyalin di ruangan itu juga. Perpustakaan di
Romawi ada yang bilingual dengan memiliki ruang Latin dan ruang Yunani. Isi
perpustakaan nya terdapat perkamen perkamen seperti di Perpustakaan Pergamun
dan pada gulungan papirus seperti di Alexandria. Ada beberapa perpustakaan
kelembagaan atau kerajaan yang terbuka untuk masyarakat umu yang terdidik
(seperti koleksi Serapeum dari Perpustakaan Alexandria, perpustakaan terbesar
di dunia kuno) tapi ada beberapa koleksi yang tidak boleh dilihat oleh umum. Seorang
sarjana terdidik yang dapat melihat buku-buku sebenarnya sangat jarang terjadi
dan walaupun bisa membaca beberapa koleksi, mereka tetap tidak bisa mengakses
perpustakaan tersebut secara keseluruhan. Dalam semua kasus yang tercatat
buku-buku itu disimpan di ruang yang relatif kecil di mana staf pergi untuk
mendapatkan apa yang sarjana tersebut ingin ketahui.
Han
China sarjana Liu Xiang mendirikan sistem perpustakaan klasifikasi pertama
selama Dinasti Han, dan sistem buku pertama notasi. Pada saat itu katalog
perpustakaan ditulis pada gulungan sutra halus dan disimpan dalam kantong
sutra.
501 M -
1400 M
Pada
abad ke 6, Cassiodorus, mentri dari Theodoric, mendirikan sebuah biara di
Vivarium di Italia dengan sebuah perpustakaan di mana ia mencoba untuk membawa
pembelajaran Yunani kepada pembaca Latin dan melestarikan teks baik sakral dan
sekuler untuk generasi mendatang. Sebagai pustakawan resmi nya, Cassiodorus
tidak hanya dikumpulkan sebanyak banyaknya naskah yang dia bisa kumpulkan tapi
dia juga menulis risalah yang bertujuan mengajar para bhikkhu dalam penggunaan
yang tepat dari membaca dan metode untuk menyalin teks secara akurat. Akan
tetapi, perpustakaan di Vivarium ini dibubarkan dan hilang dalam satu abad.
Pada
abad 8 Iran dan kemudian Arab sudah mengimpor kerajinan pembuatan kertas dari
Cina. Dan pabrik kertas pun sudah bekerja di Baghdad pada tahun 794. Pada abad
ke-9 perpustakaan yang dibuka untuk umum mulai muncul di banyak kota-kota
Islam. Mereka menyebut nya "Hall of Science" atau dar al-'ilm. Perpustakaan-perpustakaan
ini sangat berbau Islam dengan tujuan menyebar luas kan ajaran mereka serta
mempromosi kan penyebaran ilmu pengetahuan. Abad ke-9 Khalifah Abbasiyah
al-Mutawakkil di Irak memerintahkan pembangunan "zawiyat qurra" -
sebuah kandang bagi pembaca.
Pada
tahun 983, Shiraz Adhud al-Daula membuat perpustakaan yang digambarkan oleh
sejarawan abad pertengahan, al-Muqaddasi, sebagai "sebuah kompleks
bangunan yang dikelilingi oleh taman dengan danau dan saluran air Bangunan
atasnya dengan kubah,. Dan terdiri dari atas dan cerita yang lebih rendah
dengan total, menurut pejabat kepala, dari 360 kamar. Dalam setiap
departemen, katalog ditempatkan di rak. kamar yang dilengkapi dengan karpet
". Perpustakaan ini sering menyalin dan men-translate banyak tulisan ke
bahasa Arab. Seperti dari Persia, Romawi, Yunani, dan Sansekerta non-fiksi dan
sastra klasik.
Kemajuan
Islam dalam bidang pengetahuan pun ikut mundur karena invasi Mongol yang
menghancurkan banyak perpustakaan-perpustakaan Islam. Beberapa perpustakaan
yang tersisa contohnya adalah Perpustakaan Chinguetti yang berada di Afrika
Barat dan perpustakaan Astan Qudz Razavi kota Masyhad Iran, yang telah
beroperasi selama lebih dari enam abad.
Kemajuan
Islam dalam bidang perbukuan ini pun ditiru oleh biarawan-biarawan Kristen
khususnya mereka yang tinggal di perbatasan antara kota-kota Islam dan Kristen
Isi dari perpustakaan Islam disalin oleh biarawan Kristen di daerah perbatasan
Islam / Kristen seperti di Spanyol dan Sisilia. Lalu kemudian menyebar ke
bagian lain dari Eropa Kristen. Para biarawan ini menyalin tulisan tulisan
Romawi, Yunani, Dari sana mereka akhirnya membuat jalan mereka ke bagian lain
dari Eropa Kristen. Ini salinan bergabung karya yang telah diawetkan langsung
oleh biarawan Kristen dari aslinya Yunani dan Romawi asli dan menyebutnya karya
Bizantium. Hasil dari perpustakaan yang dibuat oleh para biarawan ini pun
kemudian menjadi dasar dari perpustakaan-perpustakaann modern yang kita lihat
saat ini.
Lain hal nya dengan Buddha, materi
pendidikan, kitab-kitab serta sejarah mereka disimpan di sebuah perpustakaan
pra-modern di Asia Tenggara. Di Burma, ada sebuah perpustakaan kerajaan yang
disebut Taik Pitaka, perpustakaan ini didirikan oleh Raja Anawrahta yang pada
abad ke-18, utusan dari Inggris yaitu Michael Symes, menulis tentang
perpustakaan tersebut "tidaklah mustahil bahwa keagungan Birman itu
mungkin memiliki lebih banyak perpustakaan daripada penguasa, dari tepi sungai
Donau ke perbatasan China ". Di Thailand, perpustakaan disebut Ho Trai dan
di biasnya dibangun di atas kolam untuk mencegah serangga-serangga yang memakan
buku.
Pada Abad Pertengahan awal,
perpustakaan biara dikembangkan. Buku-buku sudah mulai ditempatkan di rak yang
mencerminkan bahwa naskah-naskah yang disalin ini termasuk naskah berharga.
Walaupun tulisan-tulisan tersebut berharga, banyak perpustakaan yang dapat
meminjamkan bukunya jika di beri uang jaminan. Pada tahun 1212 dewan kota Paris
menjelek-jelekan para biara yang masih melarang peminjaman buku.
Perpustakaan-perpustakaan awal
biasanya terdapat di cloisters (sebuah ruangan persegi yang berada di tengah
bangunan) biarawan-biarawan yang berhubungan dengan sebuah ruangan dimana
biasanya para penulis menulis tulisan mereka dimana terdapat koleksi-koleksi
buku yang dirantai. Rak-rak di bangun di atas atau diantara podium podium dan
ini menjadi awal dari book presses.
Kemudian lama kelamaan book presses
ini dibuat dekat dengan jendela dan tidak terlalu tinggi, bentuk ini diharapkan
agar dapat mempermudah pembaca membaca buku karena pencahayaannya yang memadai.
Sistem ini menjadi karakteristik dari perpustakaan Institusional Inggris. Di
Eropa bookcases disusun menghadap ke dinding dan berbentuk parallel, sistem ini
pertama kali ditemukan di Spanyol.
Di Eastern Christian,
perpustakaan biarawan biasanya menyimpang tulisan tulisan penting. Dan manuskrip
yang paling penting disimpan di Gunung Athos bagi orang Kristen Ortodoks, dan
perpustakaan biara Saint Catherine, Gunung Sinai untuk Gereja Koptik.
ABAD KE
15
Di pusat dan utara Italia,
perpustakaan kemanusiaan memberikan pencerahan kepada pelanggan perpustakaan
dan biasanya mereka berkumpul di setiap kota Itali.
Malatesta Novello, penguasa
Cesena, mendirikan Perpustakaan Malatestiana Cosimo
de Medici di Florence mendirikan perpustakaan koleksi pribadi, yang membentuk
dasar dari Perpustakaan Laurentian.
Di Roma, koleksi kepausan
dibawa oleh Paus Nicholas V, di perpustakaan Yunani dan Latin yang terpisah,
yang lalu ditampung oleh Paus Sixtus IV dan kemudian diserahkan oleh
Bibliotheca Apostolica Vaticana untuk perawatan pustakawan nya, Bartolomeo
Platina pada bulan Februari 1475.
ABAD 16
& 17
Semakin
banyak perpustakaan pribadi yang berdiri diantaranya seperti:
Vallicelliana
yang berisi kitab Saint Filippo Neri.
Biblioteca
Angelica yang didirikan oleh Augustinian Angelo Rocca dan merupakan
perpustakaan yang di buat benar-benar untuk umum.
Di Milan
Kardinal Federico Borromeo mendirikan Ambrosiana Biblioteca.
Lalu
kemudian tren ini pun menyebar ke luar Italia, misalnya Louis III yang
mendirikan Palatina Bibliotheca of Heidelberg. Perpustakaan ini tidak memiliki
volume begitu banyak sebagai perpustakaan modern. Namun, mereka tetap manuskrip
berharga dari karya-karya Yunani, Latin dan Alkitab.
Tianyi
Chamber didirikan pada 1561 oleh Fan Qin selama Dinasti Ming, perpustakaan ini
adalah perpustakaan tertua di Cina. Dalam masa kejayaannya perpustakaan ini
menyimpan 70.000 jilid buku antik.
ABAD 17
& 18
Masa ini adalah masa yang disebut
sebagai masa kejayaan perpustakaan. Di masa ini banyak perpustakaan penting
yang didirikan di Eropa seperti Perpustakaan Bodleian di Oxford, Perpustakaan
Museum British di London, Perpustakaan Mazarine di Paris, Perpustakaan Nasional
Austrian di Vienna, dan masih banyak lagi.
Abad ke-18 ini dianggap sebagai
kemajuan bagi semua perkembangan budaya dalam sejarah perpustakaan, dan itu
adalah awal di masa sekarang kita bisa ada perpustakaan fungsional. Di
Perancis, Revolusi Perancis melakukan penyitaan pada tahun 1789 dari
perpustakaan gereja dan perpustakaan pribadi bangsawan kaya untuk dijadikan
milik negara. Saham disita menjadi bagian dari perpustakaan nasional baru -
Bibliothèque Nationale. Dua pustakawan yang terkenal, Hubert-Pascal Ameilhon
dan Joseph Van Praet, dipilih dan diidentifikasi lebih dari 300.000 buku dan
manuskrip yang menjadi milik orang-orang di Bibliothèque Nationale. Dari sinilah
muncul pelaksanaan konsep layanan perpustakaan kepada masyarakat umum yang
tidak kaya atau berpendidikan.
SEKARANG
Sekarang,
perpustakaan-perpustakaan modern yang kita ketahui sudah dapat di pakai untuk
masyarakat umum juga. Kita dapat membaca, mengerjakan tugas, mencari informasi
di perpustakaan. Banyak perpustakaan yang menyediakan wifi serta komputer untuk
memfasilitasi kita. Akan tetapi sangat disayangkan, perpustakaan di Indonesia
menurut saya masih sangat miskin fasilitas, seperti tidak dirawat dengan benar
dan baik dari segi fasilitas maupun buku-bukunya. Buku-buku nya sudah jelek dan
rapuh hingga mudah rusak. Padahal jika kita merawat buku itu dengan benar,
buku-buku tersebut tidak akan mudah rusak. Beberapa perpustakaan di Indonesia juga
tidak dibuat nyaman dan masih kumuh sehingga tidak banyak orang yang
menghabiskan waktunya di perpustakaan. Kalau kita lihat di negara-negara lain,
perpustakaan mereka dibuat senyaman mungkin hingga orang pun banyak yang datang
ke perpustakaan dan dengan itu minat membaca kita juga semakin meningkat.
|
Perpustakan Nasional Singapore |
|
Perpustakaan Nasional Singapore |
|
Perpustakaan Nasional Indonesia |
|
Perpustakaan Nasional Indonesia |
Sumber : labsky2012.blogspot.co.id
www.wikipedia.org