"Jangan sekali kali meninggalkan sejarah"
~Soekarno~
Powered By Blogger

Jumat, 30 Oktober 2015

Sejarah Perkembangan Perpustakaan Dari Masa ke Masa

           Perpustakaan berasal dari kata ‘Pustaka’ yang berarti kitab atau buku. Menurut Sulistyo Basuki dalam buku nya yang berjudul “Pengantar Ilmu Perpustakaan”, definisi perpustakaan adalah “sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang di gunakan untuk menyimpan buku ataupun terbitan lainnya yang biasanya di simpan dengan tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca,bukan untuk di jual” akan tetapi perpustakaan di jaman dahulu tidak seperti yang kita tahu sekarang ini. Dulu, perpustakaan adalah tempat penyimpanan arsip-arsip penting yang tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang.

Tablet
          Disini, saya akan menceritakan tentang perkembangan perpustaaan dan asal mula perpustakaan. Tempat pertama dimana ditemukannya kumpulan arsip-arsip adalah di sebuah temple di Sumaria sekitar tahun 2600 SM, disana ditemukan arsip-arsip yang terutama berisi catatan transaksi komersial atau persediaan dan dengan ditemukannya arsip-arsip ini, menandai pula akhir dari zaman prasejarah dan awal sejarah. Hal-hal yang sama juga terjadi di Mesir Kuno, banyak ditemukannya arsip-arsip pemerintahan dan yang tertua di temukan di Ugarit. Ada juga bukti perpustakaan di Nippur sekitar 1900 SM dan orang-orang di Niniwe sekitar 700 SM yang menunjukkan sistem klasifikasi perpustakaan. Lebih dari 30.000 tablet tanah liat dari Perpustakaan Ashurbanipal telah ditemukan di Niniwe yang menunjukkan tentang kehebatan sastra Mesopotamia, agama, dan pekerjaan administrasi. Salah satu yang ditemukan adalah Enuma Elish. Enuma Elish yang terdiri dari seribu baris dan dicatat dalam bahasa Babilonia kuno pada tujuh tablet tanah liat ini ditemukan. Enuma Elish ini merupakan mitologi penciptaan Babilonia. Di tulis di tujuh tablet tanah liat dalam bahasa Babilonia kuno.
                  
               Seorang filosofi bernama Laozi adalah penjaga buku di perpustakaan paling awal di Cina, yang dimiliki oleh Kekaisaran Dinasti Zhou. Bukti katalog ditemukan di beberapa perpustakaan kuno yang sudah hancur dan bukti tersebut menggambarkan keberadaan pustakawan pada tahun 604 SM.
                  
               Perpustakaan Alexandria di Mesir adalah perpustakaan terbesar dan paling signifikan dari dunia kuno. Perpustakaan ini ada saat dinasti Ptolemaic dan dibuat untuk pusat urama beasiswa dari kostruksi pada abad ke 3SM sampai saat Romawi ditaklukan di Mesir tahun 30 SM. Perpustakaan ini disusun dan dibuka diduga antara masa pemerintahan Ptolemeus I Soter (323-283 SM) atau selama masa pemerintahan anaknya, Ptolemy II (283-246 SM).

Perpustakaan Alexandria
                  Ada juga Perpustakaan Celsus di Efesus, Anatolia, yang sekarang menjadi bagian dari Selçuk, Turki. Perpustakaan ini dibangun untuk menghormati Tiberius Julius Senator Romawi Celsus Polemaeanus yang dibangun selesai pada 135 M oleh putra Celsus ', Gaius Julius Aquila (konsul, 110 M). Perpustakaan ini dibangun untuk menyimpan 12.000 gulungan dan sebagai makam monumental bagi Celsus.

Perpustakaan Celcus

              Perpustakaan pribadi pertama muncul di Yunani pada sektar tahun 5 SM. Pada saat Augustus abad 2 ada perpustakaan umum di dekat forum Roma dan ada juga perpustakaan di Octaviae Porticus dekat Teater Marcellus, di kuil Apollo Palatinus, dan di Ulpiana Bibliotheca di Forum Trajan. Arsip-arsip negara pun disimpan di lereng antara Forum Romawi dan Bukit Capitoline.
                    Di Barat, perpustakaan umum pertama didirikan di bawah Kekaisaran Romawi karena setiap kaisar yang sukses, berusaha untuk menuliskan atau membuat bukti bahwa ia lebih hebat dari para pendahulunya. Berbeda dengan perpustakaan di  Yunani, pembaca memiliki akses langsung ke gulungan, yang disimpan di rak-rak yang dibangun ke dinding sebuah ruangan besar. Kita bisa membaca atau menyalin di ruangan itu juga. Perpustakaan di Romawi ada yang bilingual dengan memiliki ruang Latin dan ruang Yunani. Isi perpustakaan nya terdapat perkamen perkamen seperti di Perpustakaan Pergamun dan pada gulungan papirus seperti di Alexandria. Ada beberapa perpustakaan kelembagaan atau kerajaan yang terbuka untuk masyarakat umu yang terdidik (seperti koleksi Serapeum dari Perpustakaan Alexandria, perpustakaan terbesar di dunia kuno) tapi ada beberapa koleksi yang tidak boleh dilihat oleh umum. Seorang sarjana terdidik yang dapat melihat buku-buku sebenarnya sangat jarang terjadi dan walaupun bisa membaca beberapa koleksi, mereka tetap tidak bisa mengakses perpustakaan tersebut secara keseluruhan. Dalam semua kasus yang tercatat buku-buku itu disimpan di ruang yang relatif kecil di mana staf pergi untuk mendapatkan apa yang sarjana tersebut ingin ketahui.

                 Han China sarjana Liu Xiang mendirikan sistem perpustakaan klasifikasi pertama selama Dinasti Han, dan sistem buku pertama notasi. Pada saat itu katalog perpustakaan ditulis pada gulungan sutra halus dan disimpan dalam kantong sutra.

501 M - 1400 M

                Pada abad ke 6, Cassiodorus, mentri dari Theodoric, mendirikan sebuah biara di Vivarium di Italia dengan sebuah perpustakaan di mana ia mencoba untuk membawa pembelajaran Yunani kepada pembaca Latin dan melestarikan teks baik sakral dan sekuler untuk generasi mendatang. Sebagai pustakawan resmi nya, Cassiodorus tidak hanya dikumpulkan sebanyak banyaknya naskah yang dia bisa kumpulkan tapi dia juga menulis risalah yang bertujuan mengajar para bhikkhu dalam penggunaan yang tepat dari membaca dan metode untuk menyalin teks secara akurat. Akan tetapi, perpustakaan di Vivarium ini dibubarkan dan hilang dalam satu abad.

              Pada abad 8 Iran dan kemudian Arab sudah mengimpor kerajinan pembuatan kertas dari Cina. Dan pabrik kertas pun sudah bekerja di Baghdad pada tahun 794. Pada abad ke-9 perpustakaan yang dibuka untuk umum mulai muncul di banyak kota-kota Islam. Mereka menyebut nya "Hall of Science" atau dar al-'ilm. Perpustakaan-perpustakaan ini sangat berbau Islam dengan tujuan menyebar luas kan ajaran mereka serta mempromosi kan penyebaran ilmu pengetahuan. Abad ke-9 Khalifah Abbasiyah al-Mutawakkil di Irak memerintahkan pembangunan "zawiyat qurra" - sebuah kandang bagi pembaca.

                     Pada tahun 983, Shiraz Adhud al-Daula membuat perpustakaan yang digambarkan oleh sejarawan abad pertengahan, al-Muqaddasi, sebagai "sebuah kompleks bangunan yang dikelilingi oleh taman dengan danau dan saluran air Bangunan atasnya dengan kubah,. Dan terdiri dari atas dan cerita yang lebih rendah dengan total, menurut pejabat kepala, dari 360 kamar. Dalam setiap departemen, katalog ditempatkan di rak. kamar yang dilengkapi dengan karpet ". Perpustakaan ini sering menyalin dan men-translate banyak tulisan ke bahasa Arab. Seperti dari Persia, Romawi, Yunani, dan Sansekerta non-fiksi dan sastra klasik.

                    Kemajuan Islam dalam bidang pengetahuan pun ikut mundur karena invasi Mongol yang menghancurkan banyak perpustakaan-perpustakaan Islam. Beberapa perpustakaan yang tersisa contohnya adalah Perpustakaan Chinguetti yang berada di Afrika Barat dan perpustakaan Astan Qudz Razavi kota Masyhad Iran, yang telah beroperasi selama lebih dari enam abad.

                   Kemajuan Islam dalam bidang perbukuan ini pun ditiru oleh biarawan-biarawan Kristen khususnya mereka yang tinggal di perbatasan antara kota-kota Islam dan Kristen Isi dari perpustakaan Islam disalin oleh biarawan Kristen di daerah perbatasan Islam / Kristen seperti di Spanyol dan Sisilia. Lalu kemudian menyebar ke bagian lain dari Eropa Kristen. Para biarawan ini menyalin tulisan tulisan Romawi, Yunani, Dari sana mereka akhirnya membuat jalan mereka ke bagian lain dari Eropa Kristen. Ini salinan bergabung karya yang telah diawetkan langsung oleh biarawan Kristen dari aslinya Yunani dan Romawi asli dan menyebutnya karya Bizantium. Hasil dari perpustakaan yang dibuat oleh para biarawan ini pun kemudian menjadi dasar dari perpustakaan-perpustakaann modern yang kita lihat saat ini.

               Lain hal nya dengan Buddha, materi pendidikan, kitab-kitab serta sejarah mereka disimpan di sebuah perpustakaan pra-modern di Asia Tenggara. Di Burma, ada sebuah perpustakaan kerajaan yang disebut Taik Pitaka, perpustakaan ini didirikan oleh Raja Anawrahta yang pada abad ke-18, utusan dari Inggris yaitu Michael Symes, menulis tentang perpustakaan tersebut "tidaklah mustahil bahwa keagungan Birman itu mungkin memiliki lebih banyak perpustakaan daripada penguasa, dari tepi sungai Donau ke perbatasan China ". Di Thailand, perpustakaan disebut Ho Trai dan di biasnya dibangun di atas kolam untuk mencegah serangga-serangga yang memakan buku.

                 Pada Abad Pertengahan awal, perpustakaan biara dikembangkan. Buku-buku sudah mulai ditempatkan di rak yang mencerminkan bahwa naskah-naskah yang disalin ini termasuk naskah berharga. Walaupun tulisan-tulisan tersebut berharga, banyak perpustakaan yang dapat meminjamkan bukunya jika di beri uang jaminan. Pada tahun 1212 dewan kota Paris menjelek-jelekan para biara yang masih melarang peminjaman buku.

                    Perpustakaan-perpustakaan awal biasanya terdapat di cloisters (sebuah ruangan persegi yang berada di tengah bangunan) biarawan-biarawan yang berhubungan dengan sebuah ruangan dimana biasanya para penulis menulis tulisan mereka dimana terdapat koleksi-koleksi buku yang dirantai. Rak-rak di bangun di atas atau diantara podium podium dan ini menjadi awal dari book presses.
 
           Kemudian lama kelamaan book presses ini dibuat dekat dengan jendela dan tidak terlalu tinggi, bentuk ini diharapkan agar dapat mempermudah pembaca membaca buku karena pencahayaannya yang memadai. Sistem ini menjadi karakteristik dari perpustakaan Institusional Inggris. Di Eropa bookcases disusun menghadap ke dinding dan berbentuk parallel, sistem ini pertama kali ditemukan di Spanyol.
                 Di Eastern Christian, perpustakaan biarawan biasanya menyimpang tulisan tulisan penting. Dan manuskrip yang paling penting disimpan di Gunung Athos bagi orang Kristen Ortodoks, dan perpustakaan biara Saint Catherine, Gunung Sinai untuk Gereja Koptik.
ABAD KE 15
                      Di pusat dan utara Italia, perpustakaan kemanusiaan memberikan pencerahan kepada pelanggan perpustakaan dan biasanya mereka berkumpul di setiap kota Itali.

                       Malatesta Novello, penguasa Cesena, mendirikan Perpustakaan Malatestiana Cosimo de Medici di Florence mendirikan perpustakaan koleksi pribadi, yang membentuk dasar dari Perpustakaan Laurentian.

                 Di Roma, koleksi kepausan dibawa oleh Paus Nicholas V, di perpustakaan Yunani dan Latin yang terpisah, yang lalu ditampung oleh Paus Sixtus IV dan kemudian diserahkan oleh Bibliotheca Apostolica Vaticana untuk perawatan pustakawan nya, Bartolomeo Platina pada bulan Februari 1475.

ABAD 16 & 17

                          Semakin banyak perpustakaan pribadi yang berdiri diantaranya seperti:
Vallicelliana yang berisi kitab Saint Filippo Neri.

                    Biblioteca Angelica yang didirikan oleh Augustinian Angelo Rocca dan merupakan perpustakaan yang di buat benar-benar untuk umum.

                       Di Milan Kardinal Federico Borromeo mendirikan Ambrosiana Biblioteca.
Lalu kemudian tren ini pun menyebar ke luar Italia, misalnya Louis III yang mendirikan Palatina Bibliotheca of Heidelberg. Perpustakaan ini tidak memiliki volume begitu banyak sebagai perpustakaan modern. Namun, mereka tetap manuskrip berharga dari karya-karya Yunani, Latin dan Alkitab.

                     Tianyi Chamber didirikan pada 1561 oleh Fan Qin selama Dinasti Ming, perpustakaan  ini adalah perpustakaan tertua di Cina. Dalam masa kejayaannya perpustakaan ini menyimpan 70.000 jilid buku antik.

ABAD 17 & 18

               Masa ini adalah masa yang disebut sebagai masa kejayaan perpustakaan. Di masa ini banyak perpustakaan penting yang didirikan di Eropa seperti Perpustakaan Bodleian di Oxford, Perpustakaan Museum British di London, Perpustakaan Mazarine di Paris, Perpustakaan Nasional Austrian di Vienna, dan masih banyak lagi.

              Abad ke-18 ini dianggap sebagai kemajuan bagi semua perkembangan budaya dalam sejarah perpustakaan, dan itu adalah awal di masa sekarang kita bisa ada perpustakaan fungsional. Di Perancis, Revolusi Perancis melakukan penyitaan pada tahun 1789 dari perpustakaan gereja dan perpustakaan pribadi bangsawan kaya untuk dijadikan milik negara. Saham disita menjadi bagian dari perpustakaan nasional baru - Bibliothèque Nationale. Dua pustakawan yang terkenal, Hubert-Pascal Ameilhon dan Joseph Van Praet, dipilih dan diidentifikasi lebih dari 300.000 buku dan manuskrip yang menjadi milik orang-orang di Bibliothèque Nationale. Dari sinilah muncul pelaksanaan konsep layanan perpustakaan kepada masyarakat umum yang tidak kaya atau berpendidikan.

SEKARANG

                Sekarang, perpustakaan-perpustakaan modern yang kita ketahui sudah dapat di pakai untuk masyarakat umum juga. Kita dapat membaca, mengerjakan tugas, mencari informasi di perpustakaan. Banyak perpustakaan yang menyediakan wifi serta komputer untuk memfasilitasi kita. Akan tetapi sangat disayangkan, perpustakaan di Indonesia menurut saya masih sangat miskin fasilitas, seperti tidak dirawat dengan benar dan baik dari segi fasilitas maupun buku-bukunya. Buku-buku nya sudah jelek dan rapuh hingga mudah rusak. Padahal jika kita merawat buku itu dengan benar, buku-buku tersebut tidak akan mudah rusak. Beberapa perpustakaan di Indonesia juga tidak dibuat nyaman dan masih kumuh sehingga tidak banyak orang yang menghabiskan waktunya di perpustakaan. Kalau kita lihat di negara-negara lain, perpustakaan mereka dibuat senyaman mungkin hingga orang pun banyak yang datang ke perpustakaan dan dengan itu minat membaca kita juga semakin meningkat.

Perpustakan Nasional Singapore

Perpustakaan Nasional Singapore

Perpustakaan Nasional Indonesia

Perpustakaan Nasional Indonesia
Sumber : labsky2012.blogspot.co.id
                     www.wikipedia.org

1 komentar: